Past Lives merobek emosi dengan keindahan narasi romansa yang sederhana. Celine Song, sutradara berbakat asal Kanada-Korea, berhasil menciptakan karya debut yang memukau ini.
Melalui penceritaan yang luar biasa, sulit untuk percaya bahwa ini adalah karya pertama dari Song. Seakan film ini karya kesekian kalinya, nampak sangat luar biasa.
Premis film, yang terinspirasi dari kehidupan pribadi Song, tampaknya menjadi sumber kebijakan yang memandu sutradara ini.
Walau pun begitu, kepiawaiannya dalam menyajikan kisah melalui dialog-dialog yang kaya menunjukkan bahwa Song memiliki pemahaman mendalam tentang seni bercerita.
Celine Song menggambarkan romansa dalam konteks konsep Korea, "In-Yun," yang diyakini sebagai takdir.
Ide ini menjadi kekuatan tak terlihat yang mengikat dan seringkali memisahkan hubungan manusia.
Dalam upayanya untuk menggambarkan hubungan antara Hae-sung (Yoo Teo) dan Nora (Greta Lee), Sang sutradara mengambil pendekatan yang mengingatkan pada film romantis Before Sunrise (1995) karya Richard Linklater.
Past Lives tidak terjebak dalam plot yang rumit atau adegan dramatis. Sebaliknya, film ini memilih jalur yang tenang dengan dialog kontemplatif, mirip dengan karya Jesse dan Celine dalam Before Sunrise.
Meskipun gaya penceritaan semacam ini mungkin menimbulkan kebosanan bagi sebagian penonton, namun bagi saya, langkah Song memberikan ruang bagi penonton untuk meresapi setiap kata dan gerak karakter.
Keimpressifan semakin bertambah karena Song, yang juga menulis skenario film ini, menunjukkan kedisiplinannya dalam merangkai cerita.
Kesabaran yang ditunjukkan Song dalam membangun dialog menghasilkan film yang meninggalkan kesan mendalam, membuat penonton terkesan dengan kehalusan yang mampu menyentuh hati.
Past Lives berhasil menciptakan perasaan bercampur aduk sepanjang penayangannya. Keterpukulan oleh takdir yang tampaknya tak bersahabat terhadap Nora dan Hae-sung membangkitkan rasa simpati, tetapi melihat bagaimana takdir membawa Nora ke hidup baru dengan Arthur (John Magaro) di New York juga memberikan perasaan haru tersendiri.
Perasaan yang tercipta tidak terlepas dari kemampuan unik Celine Song dalam menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki jawaban pasti dalam cerita.
Bagaimana jika kisah Nora dan Hae-sung bersinggungan sebelum Arthur hadir dalam kehidupan mereka ?
Apakah takdir sejati mereka memang tidak pernah bersinggungan? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini memenuhi pikiran dengan kegelisahan.
Salah satu aspek luar biasa dari Past Lives adalah perlakuan yang diberikan pada karakter-karakternya.
Celine Song menggambar karakter-karakter ini dengan sangat manusiawi, teliti, dan adil, mempersembahkan berbagai perspektif dengan cermat.
Penonton diundang untuk melihat kehidupan Hae-sung dan Nora dengan pemahaman kuat terhadap setiap keputusan yang mereka ambil.
Dialog-dialog yang terjalin antara keduanya menciptakan kesan mendalam. Tatapan dan gestur tubuh keduanya terlihat alami juga seakan itu bukanlah akting.
Song dengan bijak menghindari jebakan romansa klise, seperti pengkhianatan pasangan atau persaingan mendalam dalam merebut hati kekasih.
Ini terlihat jelas dalam bagaimana pertemuan Nora dan Hae-sung, meskipun menyedihkan, diakhiri dengan keadilan.
Di sisi lain, Past Lives semakin memukau karena penulisan karakter Arthur berhasil menciptakan kesan positif.
Arthur tidak digambarkan sebagai suami jahat yang kerap kali menjadi hambatan dalam cerita 'cinta sejati'.
Sebaliknya, Arthur digambarkan sebagai karakter yang matang di tengah hubungan antara Nora dan Hae-sung.
Song bahkan memberikan Arthur kesempatan untuk menyampaikan perasaannya, sebagaimana tergambar dalam dialog "You dream in a language that I can't understand."
Pujian juga patut diberikan kepada Greta Lee, Yoo Teo, dan John Magaro yang memberikan penampilan impresif sesuai dengan peran masing-masing.
Bahkan, penampilan Greta Lee dan Yoo Teo mungkin layak mendapatkan nominasi Aktor dan Aktris Terbaik untuk Piala Oscar 2024 berkat kepiawaian mereka.
Aspek visual dan audio Past Lives turut berperan dalam memberikan atmosfer untuk langkah Nora dan Hae-sung.
Kota Seoul dan New York City yang biasanya riuh, diabadikan dengan sentuhan yang lebih hening, seolah mendengar keluh kesah sepasang kekasih masa kecil.
Lanskap dua kota itu kemudian menjadi semakin hidup berkat kontribusi musik dari Christopher Bear dan Daniel Rossen.
Dengan berbagai elemen tersebut, Past Lives berhasil menciptakan kesan yang luar biasa dan menegaskan debut yang mengesankan dari Celine Song.
Karya ini memposisikan Song sebagai sutradara muda yang bakal mencuri perhatian di masa depan.
Namun, di atas semua itu, Past Lives bukan hanya sekadar film romansa biasa. Film ini siap menghadirkan narasi sederhana yang melahirkan gelombang emosi yang mengguncang hati dan tidak boleh dilewatkan bagi penggemar genre romansa.
No comments:
Post a Comment